A.
Orientasi kesehatan mental
Menurut WHO kesehatan mental adalah suatu kondisi sejahtera dimana
individu dapat merealisasikan kecakapannya, dapat melakukan coping terhadap
tekanan hidup yang normal, bekerja dengan produktif dan memiliki kontribusi
dalam kehidupan dikomunitasnya.
Assagioli, (ihrom,2008) mendefinisikan, kesehatan mental adalah
terwujudnya integritas kepribadian, keselarasan dengan jati diri, pertumbuhan
kearah realisasi diri, dan kearah hubungan yang sehat dengan orang lain.
(zakiyah darojah,1975) kesehatan mental adalah terwujudnya harmonisan
antara fungsi-fungsi jiwa, serta kesanggupan untuk menghadapi problem biasa
yang terjadi dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya.
B.
Konsep sehat
Konsep sehat didefinisikan sebagai suatu keadaan dan kualitas dari organ
tubuh yang berfungsi secara wajar dengan segala faktor keturunan dan lingkungan
yang dimiliki. Konsep sehat dan kesehatan merupakan 2 hal yang hampir sama tapi
berbeda. Konsep sehat menurut Parkins (1938) adalah suatu keadaan seimbang yang
dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dan faktor yang berusaha mempengaruhinya.
Menurut white (1977), sehat adalah suatu keadaan dimana seseorang pada
waktu diperiksa tidak mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat tanda-tanda
suatu penyakit dan kelainan. Sementara konsep WHO tahun 1974, menyebutkan sehat
adalah keadaan sempurna dari fisik, mental, sosial, tidak bebas dari penyakit
ataupun kelemahan.
Sehat dapat dikatakan, suatu kondisi normal (baik) secara fisik, emosi
(EQ), intelektual (IQ), spiritual (SQ), dan sosial. Dari pernyataan diatas
sudah bisa didapat tentang dimensi sehat, berikut pemahamanya :
·
Fisik
Dikatakan sehat apabila secara fisiologis (fisik) terlihat normal tidak
cacat, tidak mudah sakit, tidak kekurangan sesuatu apapun.
·
Emosi
Orang yang sehat secara emosi dapat terlihat dari kestabilan dan
kemampuannya mengontrol dan mengekspresikan perasaan (marah, sedih, atau
senang) secara tidak berlebihan. Mampu mendisiplinkan diri.
·
Intelektual
Dikatakan intelektual yaitu jika seseorang memiliki kecerdasan dalam
kategori yang baik mampu melihat realitas. Memiliki nalar yang baik dalam
memecahkan masalah atau mengambil keputusan,
·
Spiritual
Sementara orang
yang sehat secara spiritual adalah mereka yang meiliki suatu kondisi ketenangan
jiwa dengan id mereka secara rohani dianggap sehat karena pikirannya jernih
tidak melakukan atau bertindak hal-hal yang diluar natas kewajaran sehingga
bisa berfikir rasional.
·
Sosial
Sehat secara
sosial dapat dikatakan mereka yang bisa berinteraksi dan berhubungan baik
dengan sekitarnya, serta mampu untuk bekerja sama.
C.
Sejarah perkembangan kesehatan mental
Perkembangan kesehatan mental pra ilmiah
1.
Masa animisme
Orang yunani percaya bahwa gangguan mental terjadi karena dewa marah dan
membawa pergi jiwanya. Untuk menghindari
kemarahannya, maka mereka mengadakan perjamuan pesta dengan mantra dan korban
yang mereka persembahkan. Praktik-praktik semacam tersebut berlangsung mulai
dari abad 7-5 SM. Setelah kemunculan naturalisme , maka praktik semacam itupun
kian berkurang, walaupun kepercayaan tentang penyakit mental tersebut berasal
dari roh-roh jahat tetap bertahan sampai abad pertengahan.
2.
Kemunculan naturalisme
Perubahan sikap terhadap tradisi animisme terjadi pada zaman hipocrates
(460-467). Aliran ini berpendapat bahwa gangguan mental atau fisik merupakan
akibat dari alam. Hipocrates menolak pengaruh roh, dewa, setan, atau hantu sebagai
penyebab sakit. Ide naturalistik ini kemudian dikembangkan oleh galen,
seseorang tabib dalam lapangan pekerjaan pemeriksaan atau pembedahan hewan.
Dalam perkembangan selanjutnya, pendekatan naturalistik ini tidak
dipergunkan lagi dikalangan orang-orang kristen. Seorang dokter perancis,
philipe pinel (1745-1826) menggunakan filsafat politik dan sosial yang baru
untuk memecahkan problem penyakit mental. Dia telah terpilih menjadi kepala
rumah sakit bicetre diparis. Dirumah sakit ini, para pasiennya (yang maniak)
dirantai, diikat di tembok dan di tempat tidur. Para pasien yang telah dirantai
selama 20 tahun atau lebih karena
dipandang sangat berbahaya dibawa jalan-jalan disekitar rumah sakit. Akhirnya,
diantara mereka banyak yaang berhasil.
3.
Abad pertengahan
Dengan hancurnya peradapan Yunani-Romawi,kemajuan ilmu pengetahuan
mengalami kemunduran.Banyak hal dalam ilmu kedokteran yang tidak diteruskan dan
hal yang lebih buruk seperti takhayul dan ilmu tentang setan dihidupkan kembali.Dalam
periode abad 10-15,berkembang dancing mania dimana sejumlah orang menari secara
liar.Masa abad ke-15 sampai 18 para pasien penyakit mental dianggap sebagai
kerasukan setan dan perawatannya dengan cara mengusir keluar setan dengan cara
menghukum atau menyiksanya.
4. Zaman Renaisans
Meskipun para pasien penyakit mental tenggelam dalam dunia takhayul dan
lingkungan yang tidak berperikemanusiaan,namun di negara-negara tertentu di
Eropa suara-suara diteriakan oleh tokoh agama,ilmu kedokteran dan filsafat.Usaha-usaha
mereka selama masa tersebut mungkin digambarkan sebagai "terang dalam
kehidupan".Di Switzerland mengakui penyebab penyakit mental dan menolak
kaitan demonology.Sedangkan di Perancis menganggap bahwa penyakit mental tidak
berbeda dengan penyakit fisik dan pasien harus diperlakukan secara manusiawi.
5. Abad XXVI-XX
Pada awal abad ke-18 dilihat sebagai "Zaman Rasio",perhatian
dipusatkan pada klasifikasi dan sistem,suatu hal yang mungkin sama dengan
klasifikasi sistem.Pada zaman ini,baik di Perancis,Inggris,Jerman,Italia,Amerika
Latin,Amerika Serikat, lebih mengedepankan pada perilaku yang
berperikemanusiaan untuk menghadapi serta menangani orang-orang yang memiliki
penyakit mental.Di Perancis,Pinel mempelopori perlakuan dan pemahaman manusiawi
terhadap orang-orang yang mengalami kekalutan mental.Pinel ditetapkan sebagai
Bapak Psikiatri yang telah meletakan dasar psikiatri bagi masa yang akan
datang.Ia kemudian diserahkan tugas dan tanggung jawab atas rumah sakit
Salpetriere.Rumah sakit Salpetriere dan Bicetere sebagai rumah sakit modern
pertama untuk para pasien sakit mental.Pada tahun 1908,Clifford Beers yang
pernah menjadi pasien Rumah Sakit jiwa menulis buku "A Mind That Found It
Self" yang memberikan efek menyebarkan visi mengenai gerakan kesehatan
mental.
D.
Pendekatan kesehatan mental
1.
Orientasi klasik
Seseorang dianggap sehat bila ia tidak mempunyai kelakuan tertentu,
seperti ketegangan,rasa lelah,cemas,rendah diri atau perasaan tak berguna, yang
semuanya menimbulkan perasaan “sakit” atau rasa “tak sehat” serta menggangu
efisiensi kegiatan sehari-hari. Aktivitas klasik ini banyak dianut di lingkungan
kedokteran. Pengertian sehat mental dari
orientasi klasik kurang memadai untuk digunakan dalam konteks psikologi. Dalam ranah
psikologi,pengertian sehat seperti ini banyak menimbulkan masalah ketika kita
berurusan dengan orang-orang yang mengalami gangguan jiwa yang gejalanya adalah
kehilangan kontak dengan realistas.
2.
Orientasi penyesuaian diri
Orang dianggap sehat secara psikologis bila ia mampu mengembangkan
dirinya sesuai dengan tuntutan orang-orang lain serta lingkungan sekitarnya. Dengan
menggunakan orientasi penyesuaian diri, pengertian sehat mental tidak dapat
dilepaskan dari konteks lingkungan tempat individu hidup. Oleh karena kaitannya
dengan standar norma lingkungan terutama norma sosial dan budaya , kita tidak
dapat menentukan sehat atau tidaknya mental seseorang dari kondisi kejiwaannya
semata. Seseoarang yang dalam masyarakat tertentu digolongkan tidak sehat atau
sakit mental. Bisa jadi dianggap sangat sakit mental dalam masyarakat lain. Artinya
batasan sehat atau sakit mental bukan sesuatu yang absolut.
3.
Orientasi pengembangan potensi
Seseoarang dikatakan mencapai tarap kesehatan jiwa, bila ia mendapat
kesempatan untuk mengembangkan potensialitasnya menuju kedewasaan, ia bisa
dihargai oleh orang lain dan dirinya sendiri.
Daftar Pustaka :
1. Basuki,Heru. 2008. Psikologi umum. jakarta : universitas gunadarma.
2. schultz. psikologi pertumbuhan. yogyakarta : kanisius
3. puspitawati,l.dwi riyanti,hendro prabowo.(1996). seri diktat kuliah psikologi umum 1. jakarta. gunadarma
Daftar Pustaka :
1. Basuki,Heru. 2008. Psikologi umum. jakarta : universitas gunadarma.
2. schultz. psikologi pertumbuhan. yogyakarta : kanisius
3. puspitawati,l.dwi riyanti,hendro prabowo.(1996). seri diktat kuliah psikologi umum 1. jakarta. gunadarma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar