Minggu, 08 Maret 2015

pengantar


A.      Orientasi kesehatan mental

Menurut WHO kesehatan mental adalah suatu kondisi sejahtera dimana individu dapat merealisasikan kecakapannya, dapat melakukan coping terhadap tekanan hidup yang normal, bekerja dengan produktif dan memiliki kontribusi dalam kehidupan dikomunitasnya.
Assagioli, (ihrom,2008) mendefinisikan, kesehatan mental adalah terwujudnya integritas kepribadian, keselarasan dengan jati diri, pertumbuhan kearah realisasi diri, dan kearah hubungan yang sehat dengan orang lain.
(zakiyah darojah,1975) kesehatan mental adalah terwujudnya harmonisan antara fungsi-fungsi jiwa, serta kesanggupan untuk menghadapi problem biasa yang terjadi dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya.

B.      Konsep sehat

Konsep sehat didefinisikan sebagai suatu keadaan dan kualitas dari organ tubuh yang berfungsi secara wajar dengan segala faktor keturunan dan lingkungan yang dimiliki. Konsep sehat dan kesehatan merupakan 2 hal yang hampir sama tapi berbeda. Konsep sehat menurut Parkins (1938) adalah suatu keadaan seimbang yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dan faktor yang berusaha mempengaruhinya.
Menurut white (1977), sehat adalah suatu keadaan dimana seseorang pada waktu diperiksa tidak mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat tanda-tanda suatu penyakit dan kelainan. Sementara konsep WHO tahun 1974, menyebutkan sehat adalah keadaan sempurna dari fisik, mental, sosial, tidak bebas dari penyakit ataupun kelemahan.
Sehat dapat dikatakan, suatu kondisi normal (baik) secara fisik, emosi (EQ), intelektual (IQ), spiritual (SQ), dan sosial. Dari pernyataan diatas sudah bisa didapat tentang dimensi sehat, berikut pemahamanya :
·         Fisik
Dikatakan sehat apabila secara fisiologis (fisik) terlihat normal tidak cacat, tidak mudah sakit, tidak kekurangan sesuatu apapun.
·         Emosi
Orang yang sehat secara emosi dapat terlihat dari kestabilan dan kemampuannya mengontrol dan mengekspresikan perasaan (marah, sedih, atau senang) secara tidak berlebihan. Mampu mendisiplinkan diri.
·         Intelektual
Dikatakan intelektual yaitu jika seseorang memiliki kecerdasan dalam kategori yang baik mampu melihat realitas. Memiliki nalar yang baik dalam memecahkan masalah atau mengambil keputusan,
·         Spiritual
Sementara orang yang sehat secara spiritual adalah mereka yang meiliki suatu kondisi ketenangan jiwa dengan id mereka secara rohani dianggap sehat karena pikirannya jernih tidak melakukan atau bertindak hal-hal yang diluar natas kewajaran sehingga bisa berfikir rasional.
·         Sosial
Sehat secara sosial dapat dikatakan mereka yang bisa berinteraksi dan berhubungan baik dengan sekitarnya, serta mampu untuk bekerja sama.

C.      Sejarah perkembangan kesehatan mental
                                 
                           Perkembangan kesehatan mental pra ilmiah

1.       Masa animisme
Orang yunani percaya bahwa gangguan mental terjadi karena dewa marah dan membawa pergi  jiwanya. Untuk menghindari kemarahannya, maka mereka mengadakan perjamuan pesta dengan mantra dan korban yang mereka persembahkan. Praktik-praktik semacam tersebut berlangsung mulai dari abad 7-5 SM. Setelah kemunculan naturalisme , maka praktik semacam itupun kian berkurang, walaupun kepercayaan tentang penyakit mental tersebut berasal dari roh-roh jahat tetap bertahan sampai abad pertengahan.
2.       Kemunculan naturalisme
Perubahan sikap terhadap tradisi animisme terjadi pada zaman hipocrates (460-467). Aliran ini berpendapat bahwa gangguan mental atau fisik merupakan akibat dari alam. Hipocrates menolak pengaruh roh, dewa, setan, atau hantu sebagai penyebab sakit. Ide naturalistik ini kemudian dikembangkan oleh galen, seseorang tabib dalam lapangan pekerjaan pemeriksaan atau pembedahan hewan.
Dalam perkembangan selanjutnya, pendekatan naturalistik ini tidak dipergunkan lagi dikalangan orang-orang kristen. Seorang dokter perancis, philipe pinel (1745-1826) menggunakan filsafat politik dan sosial yang baru untuk memecahkan problem penyakit mental. Dia telah terpilih menjadi kepala rumah sakit bicetre diparis. Dirumah sakit ini, para pasiennya (yang maniak) dirantai, diikat di tembok dan di tempat tidur. Para pasien yang telah dirantai selama 20 tahun atau lebih karena  dipandang sangat berbahaya dibawa jalan-jalan disekitar rumah sakit. Akhirnya, diantara mereka banyak yaang berhasil.
3.       Abad pertengahan
Dengan hancurnya peradapan Yunani-Romawi,kemajuan ilmu pengetahuan mengalami kemunduran.Banyak hal dalam ilmu kedokteran yang tidak diteruskan dan hal yang lebih buruk seperti takhayul dan ilmu tentang setan dihidupkan kembali.Dalam periode abad 10-15,berkembang dancing mania dimana sejumlah orang menari secara liar.Masa abad ke-15 sampai 18 para pasien penyakit mental dianggap sebagai kerasukan setan dan perawatannya dengan cara mengusir keluar setan dengan cara menghukum atau menyiksanya.
4.       Zaman Renaisans
Meskipun para pasien penyakit mental tenggelam dalam dunia takhayul dan lingkungan yang tidak berperikemanusiaan,namun di negara-negara tertentu di Eropa suara-suara diteriakan oleh tokoh agama,ilmu kedokteran dan filsafat.Usaha-usaha mereka selama masa tersebut mungkin digambarkan sebagai "terang dalam kehidupan".Di Switzerland mengakui penyebab penyakit mental dan menolak kaitan demonology.Sedangkan di Perancis menganggap bahwa penyakit mental tidak berbeda dengan penyakit fisik dan pasien harus diperlakukan secara manusiawi.

5.       Abad XXVI-XX
Pada awal abad ke-18 dilihat sebagai "Zaman Rasio",perhatian dipusatkan pada klasifikasi dan sistem,suatu hal yang mungkin sama dengan klasifikasi sistem.Pada zaman ini,baik di Perancis,Inggris,Jerman,Italia,Amerika Latin,Amerika Serikat, lebih mengedepankan pada perilaku yang berperikemanusiaan untuk menghadapi serta menangani orang-orang yang memiliki penyakit mental.Di Perancis,Pinel mempelopori perlakuan dan pemahaman manusiawi terhadap orang-orang yang mengalami kekalutan mental.Pinel ditetapkan sebagai Bapak Psikiatri yang telah meletakan dasar psikiatri bagi masa yang akan datang.Ia kemudian diserahkan tugas dan tanggung jawab atas rumah sakit Salpetriere.Rumah sakit Salpetriere dan Bicetere sebagai rumah sakit modern pertama untuk para pasien sakit mental.Pada tahun 1908,Clifford Beers yang pernah menjadi pasien Rumah Sakit jiwa menulis buku "A Mind That Found It Self" yang memberikan efek menyebarkan visi mengenai gerakan kesehatan mental.

D.      Pendekatan kesehatan mental

1.       Orientasi klasik
Seseorang dianggap sehat bila ia tidak mempunyai kelakuan tertentu, seperti ketegangan,rasa lelah,cemas,rendah diri atau perasaan tak berguna, yang semuanya menimbulkan perasaan “sakit” atau rasa “tak sehat” serta menggangu efisiensi kegiatan sehari-hari. Aktivitas klasik ini banyak dianut di lingkungan kedokteran.  Pengertian sehat mental dari orientasi klasik kurang memadai untuk digunakan dalam konteks psikologi. Dalam ranah psikologi,pengertian sehat seperti ini banyak menimbulkan masalah ketika kita berurusan dengan orang-orang yang mengalami gangguan jiwa yang gejalanya adalah kehilangan kontak dengan realistas.
2.       Orientasi penyesuaian diri
Orang dianggap sehat secara psikologis bila ia mampu mengembangkan dirinya sesuai dengan tuntutan orang-orang lain serta lingkungan sekitarnya. Dengan menggunakan orientasi penyesuaian diri, pengertian sehat mental tidak dapat dilepaskan dari konteks lingkungan tempat individu hidup. Oleh karena kaitannya dengan standar norma lingkungan terutama norma sosial dan budaya , kita tidak dapat menentukan sehat atau tidaknya mental seseorang dari kondisi kejiwaannya semata. Seseoarang yang dalam masyarakat tertentu digolongkan tidak sehat atau sakit mental. Bisa jadi dianggap sangat sakit mental dalam masyarakat lain. Artinya batasan sehat atau sakit mental bukan sesuatu yang absolut.
3.       Orientasi pengembangan potensi
Seseoarang dikatakan mencapai tarap kesehatan jiwa, bila ia mendapat kesempatan untuk mengembangkan potensialitasnya menuju kedewasaan, ia bisa dihargai oleh orang lain dan dirinya sendiri.

Daftar Pustaka :
1. Basuki,Heru. 2008. Psikologi umum. jakarta  : universitas gunadarma.
2. schultz. psikologi pertumbuhan. yogyakarta : kanisius
3. puspitawati,l.dwi riyanti,hendro prabowo.(1996). seri diktat kuliah psikologi umum 1. jakarta. gunadarma


Tidak ada komentar:

Posting Komentar