Sabtu, 25 April 2015

Hubungan Interpersonal

PERTEMUAN MINGGU KE-9

A. MODEL-MODEL HUBUNGAN INTERPERSONAL


Hubungan interpersonal mempunyai 4 model yang diantaranya meliputi :

1.       Model pertukaran sosial (social exchange model).
Hubungan interpersonal diidentikan dengan suatu transaksi dagang. Orang berinteraksi karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya. Artinya dalam hubungan tersebut akan menghasilkan ganjaran (akibat positif) atau biaya (akibat negatif) serta hasil / laba (ganjaran dikurangi biaya).

2.       Model peranan (role model).
Hubungan interpersonal diartikan sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang memainkan peranannya sesuai naskah yang dibuat masyarakat. Hubungan akan dianggap baik bila individu bertindak sesuai ekspetasi peranan (role expectation), tuntutan peranan (role demands), memiliki ketrampilan (role skills) dan terhindar dari konflik peranan. Ekspetasi peranan mengacu pada kewajiban, tugas dan yang berkaitan dengan posisi tertentu, sedang tuntutan peranan adalah desakan sosial akan peran yang harus dijalankan. Sementara itu ketrampilan peranan adalah kemampuan memainkan peranan tertentu.

3.       Model permainan (games people play model).
Model menggunakan pendekatan analisis transaksional. Model ini menerangkan bahwa dalam berhubungan individu-individu terlibat dalam bermacam permaianan. Kepribadian dasar dalam permainan ini dibagi dalam 3 bagian yaitu :
a)      Kepribadian orang tua (aspek kepribadian yang merupakan asumsi dan perilaku yang diterima dari orang tua atau yang dianggap sebagi orang tua).
b)     Kepribadian orang dewasa (bagian kepribadian yang mengolah informasi secara rasional).
c)      Kepribadian anak (kepribadian yang diambil dari perasaan dan pengalaman kanak-kanak yang mengandung potensi intuisi, spontanitas, kreativitas dan kesenangan).

4.       Model Interaksional (interacsional model).
Model ini memandang hubungann interpersonal sebagai suatu sistem . Setiap sistem memiliki sifat struktural, integratif dan medan. Secara singkat model ini menggabungkan model pertukaran, peranan dan permainan.

B. MEMULAI HUBUNGAN


Adapun tahap-tahap dalam hubungan interpersonal yakni meliputi :

1.       Pembentukan.
Tahap ini sering disebut juga dengan tahap perkenalan. Beberapa peneliti telah menemukan hal-hal menarik dari proses perkenalan. Fase pertama, “fase kontak yang permulaan”, ditandai oleh usaha kedua belah pihak untuk menangkap informasi dari reaksi kawannya. Masing-masing pihak berusaha menggali secepatnya identitas, sikap dan nilai pihak yang lain. Bila mereka merasa ada kesamaan, mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri. Pada tahap ini informasi yang dicari meliputi data demografis, usia, pekerjaan, tempat tinggal, keadaan keluarga dan sebagainya.

Menurut Charles R. Berger informasi pada tahap perkenalan dapat dikelompokkan pada tujuh kategori, yaitu:
a)      informasi demografis.
b)     sikap dan pendapat (tentang orang atau objek).
c)      rencana yang akan datang.
d)     kepribadian.
e)      perilaku pada masa lalu.
f)       orang lain serta,
g)     hobi dan minat.

2.       Peneguhan Hubungan.
Hubungan interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah. Untuk memelihara dan memperteguh hubungan interpersonal, diperlukan tindakan-tindakan tertentu untuk mengembalikan keseimbangan. Ada empat faktor penting dalam memelihara keseimbangan ini, yaitu:
a)      keakraban (pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang antara komunikan dan komunikator).
b)     Kontrol (kesepakatan antara kedua belah pihak yang melakukan komunikasi dan menentukan siapakah yang lebih dominan didalam komunikasi tersebut).
c)      respon yang tepat (feedback atau umpan balik yang akan terima jangan sampai komunikator salah memberikan informasi sehingga komunikan tidak mampu memberikan feedback yang tepat).
d)     nada emosional yang tepat (keserasian suasana emosi saat komunikasi sedang berlangsung).

C. HUBUNGAN PERAN


Model Peran, konflik adequacy peran serta auntensitas dalam hubungan peran.
Model peran.
Menganggap hubungan interpersonal sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang harus memerankan peranannya sesuai dengan naskah yang telah dibuat oleh masyarakat. Hubungan interpersonal berkembang baik bila setiap individu bertindak sesuai dengan peranannya.

Model Interaksional.
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem. Setiap sistem memiliki sifat-sifat strukural, integratif dan medan. Semua sistem terdiri dari subsistem-subsistem yang saling tergantung dan bertindak bersama sebagai suatu kesatuan. Pemutusan Hubungan Menurut R.D. Nye dalam bukunya yang berjudul Conflict Among Humans, setidaknya ada lima sumber konflik yang dapat menyebabkan pemutusan hubungan, yaitu:
a)      Kompetisi, dimana salah satu pihak berusaha memperoleh sesuatu dengan mengorbankan orang lain. Misalnya, menunjukkan kelebihan dalam bidang tertentu dengan merendahkan orang lain.
b)     Dominasi, dimana salah satu pihak berusaha mengendalikan pihak lainsehingga orang tersebut merasakan hak-haknya dilanggar.
c)      Kegagalan, dimana masing-masing berusaha menyalahkan yang lain apabila tujuan bersama tidak tercapai.
d)     Provokasi, dimana salah satu pihak terus-menerus berbuat sesuatu yang ia ketahui menyinggung perasaan yang lain.
e)      Perbedaan nilai, dimana kedua pihak tidak sepakat tentang nilai-nilai yang mereka anut.

Jenis Hubungan Interpersonal.
Terdapat beberapa jenis hubungan interpersonal, yaitu :

a)      Berdasarkan jumlah individu yang terlibat.
a.1) Hubungan diad.
hubungan atara dua individu. Kebanyakan hubungan kita dengan orang lain bersifat diadik. William Wilmot mengemukakan beberapa ciri khas hubungan diad, dimana setiap hubungan diad memiliki tujuan khusus, individu dalam hubungan diad menampilkan wajah yang berbeda dengan‘wajah’yang ditampilkannya dalam hubungan diad yang lain, dan pada hubungan diad berkembang pola komunikasi (termasuk pola berbahasa) yang unik/ khas yang akan membedakan hubungan tersebut dengan hubungan diad yang lain.
2) Hubungan Triad.
hubungan antara tiga orang. Hubungan triad ini memiliki ciri lebih kompleks, tingkat keintiman/ kedekatan anatar individu lebih rendah, dan keputusan yang diambil lebih didasarkan voting atau suara terbanyak (dalam hubungan diad, keputusan diambil melalui negosiasi).

b)     Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai.
b.1) Hubungan tugas.
merupakan sebuah hubungan yang terbentuk karena tujuan menyelesaikan sesuatu yang tidak dokter, hubungan mahasiswa dalam kelompok untuk mengerjakan tugas, dan lain-lain.

  2) Hubungan Sosial.
merupakan hubungan yang tidak terbentuk dengan tujuan untuk menyelesaikan sesuatu. Hubungan ini terbentuk (baik secara personal dan sosial). Sebagai contoh adalah hubungan dua sahabat dekat, hubungan dua orang kenalan saat makan siang dan sebagianya.

c)      Berdasarkan jangka waktu.
1) Hubungan jangka pendek.
Merupakan hubungan yang hanya berlangsung sebentar. Misalnya    hubungan antara dua orang yang saling menyapa ketika bertemu di jalan.
2) Hubungan jangka panjang.
berlangsung dalam waktu yang lama. Semakin lama suatu hubungan semakin banyak investasi yang ditanam didalamnya (misalnya berupa emosi atau perasaaan, materi, waktu, komitmen dan sebagainya).

d)     Berdasarkan tingkat kedalaman atau keintiman.
kedalaman atau keintiman, yaitu hubungan biasa dan hubungan akrab atau intim. Hubungan biasa merupakan hubungan yang sama sekali tidak dalam atau impersonal atau ritual. Sedangkan hubungan akrab atau intim ditandai dengan penyingkapan diri (self-disclosure).

Faktor Yang Mempengaruhi Hubungan Interpersonal

Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi hubungan interpersonal, yaitu :
a)      Komunikasi efektif.
b)     Ekspresi wajah.
c)      Kepribadian.
d)     Stereotyping.
e)      Daya tarik.
f)       Ganjaran.
g)     Kompetensi.

D. INTIMASI dan HUBUNGAN PRIBADI


Pendapat beberapa ahli mengenai intimasi, di antara lain yaitu :
a)      Shadily dan Echols (1990) mengartikan intimasi sebagai kelekatan yang kuat yang didasarkan oleh saling percaya dan kekeluargaan.
b)      Sullivan (Prager, 1995) mendefinisikan intimasi sebagai bentuk tingkah laku penyesuaian seseorang untuk mengekspresikan akan kebutuhannya terhadap orang lain.
c)       Steinberg (1993) berpendapat bahwa suatu hubungan intim adalah sebuah ikatan emosional antara dua individu yang didasari oleh kesejahteraan satu sama lain, keinginan untuk memperlihatkan pribadi masing-masing yang terkadang lebih bersifat sensitif serta saling berbagi kegemaran dan aktivitas yang sama.
d)      Levinger & Snoek (Brernstein dkk, 1988) merupakan suatu bentuk hubungan yang berkembang dari suatu hubungan yang bersifat timbal balik antara dua individu. Keduanya saling berbagi pengalaman dan informasi, bukan saja pada hal-hal yang berkaitan dengan fakta-fakta umum yang terjadi di sekeliling mereka, tetapi lebih bersifat pribadi seperti berbagi pengalaman hidup, keyakinan-keyakinan, pilihan-pilihan, tujuan dan filosofi dalam hidup. Pada tahap ini akan terbentuk perasaan atau keinginan untuk menyayangi, memperdulikan, dan merasa bertangung jawab terhadap hal-hal tertentu yang terjadi pada orang yang dekat dengannya.



Dalam suatu hubungan juga perlu adanya companionate love, passionate love dan intimacy love. Karena apabila kurang salah satu saja di dalam suatu hubungan atau mungkin hanya salah satu di antara ketiganya itu di dalam suatu hubungan maka yang akan terjadi adalah hubungan tersebut tidak akan berjalan dengan langgeng atau awet, justru sebaliknya setiap pasangan tidak merasakan kenyamanan dari pasangannya tersebut sehingga yang terjadi adalah hubungan tersebut bubar dan tidak akan ada lagi harapan untuk membangun hubungan yang harmonis dan langgeng.

Komunikasi yang selalu terjaga, kepercayaan, kejujuran dan saling terbuka pun menjadi modal yang cukup untuk membina hubungan yang harmonis. Maka jangan kaget apabila komunikasi kita dengan pasangan tidak berjalan dengan mulus atau selalu terjaga bisa jadi hubungan kita akan terancam bubar atau hancur. Tentu saja itu akan menyakitkan hati kita dan setiap pasangan di dunia ini pun tidak pernah menginginkan hal berikut.


DAFTAR PUSTAKA      :
1. Aronson ,Elliot .(2005).social psychology .upper saddle river :person prentice hall.

2. Hall, S Calvin., Lindzey , Gardner., (2009). teori - teori psikodinamika, yogyakarta:kanisius.

Senin, 20 April 2015

STRES

Pertemuan minggu ke 8


Arti Penting Stress

Kita semua pernah mengalami stress.Tetapi sebenarnya stress tidak selalu jelek.Stress dalam tingkat yang sedang itu perlu untuk menghasilkan kewaspadaan dan minat pada tugas yang ada , dan membantu orang melakukan penyesuaian.Sistem syaraf juga memerlukan rangsangan agar bisa tetap terlatih dan selanjutnya bisa berfungsi dengan baik.Secara umum yang dimaksud dengan stress adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang menimbulkan tekanan , perubahan , ketegangan emosi , dan lain-lain.Menurut Lazarus 1999(dalam Rod Plotnik 2005:481) “Stres adalah rasa cemas atau terancam yang timbul ketika kita menginterpretasikan atau menilai suatu situasi sebagai melampaui kemampuan psikologis kita untuk bisa menanganinya secara memadai”.
Stress berbeda dengan stresor . Stresor adalah sesuatu yang menyebabkan stres.Stres itu sendiri adalah akibat dari interaksi timbal balik antara rangsangan lingkungan dan respons individu.



Efek-efek stress menurut Hans Selye
Hans Selye (1946,1976) telah melakukan riset terhadap 2 respon fisiologis tubuh terhadap stress : Local Adaptation Syndrome (LAS) dan General Adaptation Syndrome (GAS).

o   Local Adaptation Syndrom (LAS)
Tubuh menghasilkan banyak respons setempat terhadap stress. Respon setempat ini termasuk pembekuan darah dan penyembuhan luka, akomodasi mata terhadap cahaya, dll. Responnya berjangka pendek.

Karakteristik dari LAS :
-       Respon yang terjadi hanya setempat dan tidak melibatkan semua system
-       Respon bersifat adaptif; diperlukan stressor untuk menstimulasikannya
-       Respon bersifat jangka pendek dan tidak terus menerus.
-       Respon bersifat restorative.




Sebenarnya respon LAS ini banyak kita temui dalam kehidupan kita sehari – hari seperti yang diuraikan dibawah ini :

-       Respon inflamasi
respon ini distimulasi oleh adanya trauma dan infeksi. Respon ini memusatkan diri hanya pada area tubuh yang trauma sehingga penyebaran inflamasi dapat dihambat dan proses penyembuhan dapat berlangsung cepat.

-       Respon refleks nyeri
respon ini merupakan respon adaptif yang bertujuanmelindungi tubuh dari kerusakan lebih lanjut. Misalnya mengangkat kaki ketika bersentuhan dengan benda tajam.

o   General Adaptation Syndrom (GAS)
GAS merupakan respon fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stres. Respon yang terlibat didalamanya adalah sistem saraf otonom dan sistem endokrin. Di beberapa buku teks GAS sering disamakan dengan Sistem Neuroendokrin.

-       Fase Alarm (Waspada)
Melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh dan pikiran untuk menghadapi stressor. Reaksi psikologis “fight or flight” dan reaksi fisiologis. Tanda fisik : curah jantung meningkat, peredaran darah cepat, darah di perifer dan gastrointestinal mengalir ke kepala dan ekstremitas. Banyak organ tubuh terpengaruh, gejala stress memengaruhi denyut nadi, ketegangan otot dan daya tahan tubuh menurun.
Fase alarm melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh seperti pengaktifan hormon yang berakibat meningkatnya volume darah dan akhirnya menyiapkan individu untuk bereaksi. Hormon lainnya dilepas untuk meningkatkan kadar gula darah yang bertujuan untuk menyiapkan energi untuk keperluan adaptasi, teraktifasinya epineprin dan norepineprin mengakibatkan denyut jantung meningkat dan peningkatan aliran darah ke otot. Peningkatan ambilan O2 dan meningkatnya kewaspadaan mental.
Aktifitas hormonal yang luas ini menyiapkan individu untuk melakukan “ respons melawan atau menghindar “. Respon ini bisa berlangsung dari menit sampai jam. Bila stresor masih menetap maka individu akan masuk ke dalam fase resistensi.

Fase Resistance (Melawan)
Individu mencoba berbagai macam mekanisme penanggulangan psikologis dan pemecahan masalah serta mengatur strategi. Tubuh berusaha menyeimbangkan kondisi fisiologis sebelumnya kepada keadaan normal dan tubuh mencoba mengatasi faktor-faktor penyebab stress. Bila teratasi gejala stress menurun àatau normal, tubuh kembali stabil, termasuk hormon, denyut jantung, tekanan darah, cardiac out put. Individu tersebut berupaya beradaptasi terhadap stressor, jika ini berhasil tubuh akan memperbaiki sel-sel yang rusak. Bila gagal maka individu tersebut akan jatuh pada tahapa terakhir dari GAS yaitu : Fase kehabisan tenaga.

-       Fase Exhaustion (Kelelahan)
Merupakan fase perpanjangan stress yang belum dapat tertanggulangi pada fase sebelumnya. Energi penyesuaian terkuras. Timbul gejala penyesuaian diri terhadap lingkungan seperti sakit kepala, gangguan mental, penyakit arteri koroner, dll. Bila usaha melawan tidak dapat lagi diusahakan, maka kelelahan dapat mengakibatkan kematian.
Tahap ini cadangan energi telah menipis atau habis, akibatnya tubuh tidak mampu lagi menghadapi stres. Ketidak mampuan tubuh untuk mepertahankan diri terhadap stressor inilah yang akan berdampak pada kematian individu tersbut.

Faktor-faktor individual dan sosial yang menjadi penyebab stres
Stress merupakan salah satu gejala yang memiliki faktor-faktor penyebab,dan akan diuraikan secara singkat faktor individual & sosial yang menjadi penyebab stress dibawah ini.

a.    Faktor sosial
Selain peristiwa penting, ternyata tugas rutin sehari-hari juga berpengaruh terhadap kesehatan jiwa, seperti kecemasan dan depresi. Dukungan sosial turut mempengaruhi reaksi seseorang dalam menghadapi stres.Dukungan sosial mencakup : Dukungan emosional, seperti rasa dikasihi; dukungan nyata, seperti bantuan atau jasa; dan dukungan informasi, misalnya nasehat dan keterangan mengenai masalah tertentu.

b.    Faktor Individual
Tatkala seseorang menjumpai stresor dalam lingkungannya, ada dua karakteristik pada stresor tersebut yang akan mempengaruhi reaksinya terhadap stresor itu yaitu: Berapa lamanya (duration) ia harus menghadapi stresor itu dan berapa terduganya stresor itu (predictability).



Tipe-tipe stress
Menurut Maramis (1990) ada empat tipe stress psikologis yaitu:

a)        Frustasi
Muncul karena adanya kegagalan saat ingin mencapai suatu tujuan.Frustasi adaa yang bersifat intrinsik (cacat badan dan kegagalan usaha) dan ekstrinsik (kecelakaan,bencana alam,kematian,pengangguran,perselingkuhan,dll)

b)        Konflik
Ditimbulkan karena ketidakmampuan memilih dua atau lebih macam keinginan,kebutuhan atau tujuan.Bentuk konflik digolongkan menjadi tiga bagian yaitu approach-approach conflict,approach-avoidant conflict,avoidant-avoidant conflict.

c)        Tekanan
Tekanan timbul dalam kehidupan sehari-hari dan dapat berasal dalam diri individu.Tekanan juga dapat berasal dari luar diri individu/

d)        Kecemasan
Kecemasan merupakan suatu kondisi individu merasakan kekhawatiran,kegelisahan,ketegangan,dan rasa tidak nyaman yang tidak terkendali mengenai kemungkinan akan terjadinya sesuatu yang buruk.



Pendekatan Problem Solving Terhadap Stress
Salah satu cara dalam menangani stres yaitu menggunakan metode Biofeedback, tekhniknya adalah mengetahui bagian-bagian tubuh mana yang terkena stres kemudian belajar untuk menguasainya. Teknik ini menggunakan serangkaian alat yang sangat rumit sebagai feedback.
Melakukan sugesti untuk diri sendiri, juga dapat lebih efektif karena kita tahu bagaimana keadaan diri kita sendiri. Berikan sugesti-sugesti yang positif, semoga cara ini akan berhasil ditambah dengan pendekatan secara spiritual (mengarah kepada Tuhan).

Daftar pustaka :

1.Siswanto. 2007. Kesehatan Mental; Konsep, Cakupan, dan Perkembangannya. Yogyakarta: Andi Sunaryo. 2002.
2. Halgin, R.P., Whitbourne, S.K. 2010. Psikologi abnormal. Jakarta: Salemba Humanika




Minggu, 12 April 2015

Penyesuaian diri dan Pertumbuhan

Pertemuan minggu ke 7



Penyesuaian Diri dan Pertumbuhan Personal


A.   Penyesuaian Diri dan Pertumbuhan

Penyesuaian diri merupakan suatu proses dinamik yang hampir selalu membutuhkan perubahan dan adaptasi, dan dengan demikian semakin tetap dan tidak merubah respon - respon itu, maka semakin sulit juga menangani tuntutan-tuntutan yang berubah. Kenyataan ini menjelaskan pengaruh-pengaruh yang menghancurkan kepribadian seseorang. Orang yang mengalami depresi karena sering kali merasa sulit menyesuaikan diri dengan pola tingkah laku yang di perlukan. 
Penyesuaian diri dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah adjustment atau personal adjustment. Schneiders berpendapat bahwa penyesuaian diri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu: penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation), penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas (conformity), dan penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan (mastery). Pada mulanya penyesuaian diri diartikan sama dengan adaptasi (adaptation), padahal adaptasi ini pada umumnya lebih mengarah pada penyesuaian diri dalam arti fisik, fisiologis, atau biologis. Penyesuaian diri yang dilakukan oleh seseorang akan berdampak juga pada pertumbuhan personalnya. Jika seseorang dapat menyesuaikan diri dengan baik di lingkungan sekitarnya apalagi di lingkungan baru, maka pertumbuhan personalnya juga akan mengalami peningkatan. Sekarang, apa itu pertumbuhan personal? Pertumbuhan adalah proses yang mencakup pertambahan dalam jumlah dan ukuran, keluasan dan kedalaman. Prof. Gessel mengatakan, bahwa pertumbuhan pribadi manusia adalah proses yang terus-menerus. Semua pertumbuhan terjadi berdasarkan pertumbuhan yang terjadi sebelumnya.

Apakah perbedaan antara adaptasi dan penyesuaian diri?

 Adaptasi itu artinya adalah individu melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan, contohnya adalah apabila seorang individu merasa udara disekitar nya dingin maka individu itu segera memakai pakaian yang tebal dan meminum atau memakan makanan yang hangat-hangat.
Lalu apabila Penyesuaian itu sebagai mengubah lingkungan agar lebih sesuai dengan diri individu., contohnya apabila individu merasa kedinginan secara otomatis individu itu menyalakan api atau penghangat ruangan untuk mengahngatkan badannya.
Namun Penyesuaian diri disini adalah meliputi penyesuaian diri baik dalam adaptation dan adjusment. artinya individu mampu menyesuaikan diri dengan baik, secara normal dan ideal nya mampu menggunakan kedua mekanisme penyesuaian diri tersebut secara fleksibel tergantung pada suasana dan situasinya. Apabila individu itu hanya dapat menggunakan salah satu dari kedua mekanisme tersebut berarti individu itu di anggap kaku dan dominan.
Ada beberapa ciri penyesuaian diri yang efektif, seperti :
1.      Memiliki Persepsi yang Akurat terhadap Realita
2.      Memiliki Kemampuan untuk Beradaptasi dengan Tekanan atau Stres dan juga Kecemasan
3.      Mempunyai Gambaran Diri yang Positif tentang dirinya
4.      Memiliki Kemampuan untuk Mengekspresikan Perasaannya
5.      Mempunyai kemapuan Relasi Interpersonal yang baik
Individu yang memiliki serta memenuhi ciri-ciri tersebut dapat digolongkan sebagai individu yang memiliki kesehatan mental yang positif. 

Aspek-aspek Penyesuaian Diri

Pada dasarnya penyesuaian diri memiliki dua aspek yaitu: penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial. Untuk lebih jelasnya kedua aspek tersebut akan diuraikan sebagai berikut :

1. Penyesuaian Pribadi
Penyesuaian pribadi adalah kemampuan individu untuk menerima dirinya
sendirisehingga tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Ia menyadari sepenuhnya siapa dirinya sebenarnya, apa kelebihan dan kekurangannya dan mampu bertindak obyektif sesuai dengan kondisi dirinya tersebut. Keberhasilan penyesuaian pribadi ditandai dengan tidak adanya rasa benci, lari dari kenyataan atau tanggungjawab, dongkol. kecewa,  atau tidak percaya pada kondisi dirinya. Kehidupan kejiwaannya ditandai dengan tidak adanya kegoncangan atau kecemasan yang menyertai rasa bersalah, rasa cemas, rasa tidak puas, rasa kurang dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya. Sebaliknya kegagalan penyesuaian pribadi ditandai dengan keguncangan emosi, kecemasan, ketidakpuasan dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya, sebagai akibat adanya gap antara individu dengan tuntutan yang diharapkan oleh lingkungan. Gap inilah yang menjadi sumber terjadinya konflik yang kemudian terwujud dalam rasa takut dan kecemasan, sehingga untuk meredakannya individu harus melakukan penyesuaian diri.

2. Penyesuaian Sosial
Setiap iindividu hidup di dalam masyarakat. Di dalam masyarakat tersebut terdapat proses saling  mempengaruhi satu sama lain silih berganti. Dari proses tersebut timbul suatu pola kebudayaan dan tingkah laku sesuai dengan sejumlah aturan, hukum, adat dan nilai-nilai yang mereka patuhi, demi untuk mencapai penyelesaian bagi persoalan-persoalan hidup sehari-hari.  Dalam bidang ilmu psikologi sosial, proses ini dikenal dengan proses penyesuaian sosial. Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial tempat individu hidup dan berinteraksi dengan orang lain. Hubungan-hubungan tersebut mencakup hubungan dengan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya, keluarga, sekolah, teman atau masyarakat luas secara umum. Dalam hal ini individu dan masyarakat sebenarnya sama-sama memberikan dampak bagi komunitas. Individu menyerap berbagai informasi, budaya dan adat istiadat yang ada, sementara  komunitas (masyarakat) diperkaya oleh eksistensi atau karya yang diberikan oleh sang individu. Apa yang diserap atau dipelajari individu dalam poroses interaksi dengan masyarakat masih belum cukup untuk menyempurnakan penyesuaian sosial yang memungkinkan individu untuk mencapai penyesuaian pribadi dan sosial dengan cukup baik. Proses berikutnya yang harus dilakukan individu dalam penyesuaian sosial adalah kemauan untuk mematuhi norma-norma dan peraturan sosial kemasyarakatan. Setiap masyarakat biasanya memiliki aturan yang tersusun dengan sejumlah ketentuan dan norma atau nilai-nilai tertentu yang mengatur hubungan individu dengan kelompok.  Dalam proses penyesuaian sosial individu mulai berkenalan dengan kaidah-kaidah dan peraturan-peraturan tersebut lalu mematuhinya sehingga menjadi bagian dari pembentukan jiwa sosial pada dirinya dan menjadi pola tingkah laku kelompok. Kedua hal tersebut merupakan proses pertumbuhan kemampuan individu dalam rangka penyesuaian sosial untuk menahan dan mengendalikan diri. Pertumbuhan kemampuan ketika mengalami proses penyesuaian sosial, berfungsi seperti pengawas yang mengatur kehidupan sosial dan kejiwaan. Boleh jadi hal inilah yang dikatakan Freud sebagai hati nurani (super ego), yang berusaha mengendalikan kehidupan individu dari segi penerimaan dan kerelaannya terhadap beberapa pola perilaku yang disukai dan diterima oleh masyarakat, serta menolak dan menjauhi hal-hal yang tidak diterima oleh masyarakat.

Pembentukan Penyesuaian Diri
Banyak faktor yang mempegaruhi penyesuaian diri, ada dari faktor lingkungan keluarga dan lingkungan teman sebaya.
a). Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga merupakan lahan untuk mengembangkan berbagai kemampuan, yang dipelajari dalam berbagai hal seperti melalu bermain, sandiwara, interaksi dengan anggota keluarga, dan pengalaman-pengalaman didalam keluarga. Oleh sebab itu, orangtua sebaiknya jangan menghadapkan individu pada hal-hal yang tidak dimengerti. Keluarga juga merupakan wadah pembentukan karakter individu, penyesuaian diri juga termasuk di dalamnya.

b) Lingkungan Teman Sebaya
Sama seperti lingkungan keluarga, lingkungan teman sebaya juga merupakan lingkungan yang sangat menentukan individu dalam melakukan dan mengembangkan penyesuaian diri. Bila seorang anak dapat dengan mudah menyesuaikan dirinya dengan lingkungan teman bermainnya, itu merupakan  salah satu alasan bahwa sebenarnya kesehatan mental individu tersebut baik dan sehat.

B.     Pertumbuhan Personal

Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses-proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal yang sehat pada waktu yang normal. Proff Gessel mengatakan bahwa pertumbuhan pribadi manusia berlangsung secara terus-menerus. 

Proses Pertumbuhan Individu secara fisik 

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiO5je8v7qrjMkr0LBAE63bMY3Gc_5LJne8qJ7ueI5A2oTm9zPNyYhgeJ7PfIYJs5BE59r05xwDCgQXg4vf8mT0rB4Wwu-ghqPFpXda-P5n9fQwuHzlYvk-WMh3__g-BAN9jwu2MjFLAFE/s320/halaman-4.jpg

Dari bayi hingga tua kita sebagai manusia normal mengalami pertumbuhan secara terus menerus. Penyesuaian diri dengan lingkungan nya pun terus berkembang.

           Variasi dalam Pertumbuhan
Dalam variasi pertumbuhan memang sangat beragam. Tidak semua individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri berdasarkan tingkatan usia, pertumbuhan fisik, maupun sosial nya. Mengapa? karena terkadang terdapat rintangan-rintangan yang menyebabkan ketidakberhasilan individu dalam melakukan penyesuaian, baik rintangan itu dari dalam diri atau dari luar diri.

Kondisi-Kondisi untuk Bertumbuh
Kondisi jasmani  seperti pembawa atau konstitusi fisik dan tempramen sebagai disposisi yang diwariskan, aspek perkembangannya secara intrinsik berkaitan erat dengan susunan atau konstitusi tubuh, kondisi jasmani dan kondisi pertumbuhan fisik memang sangat mempengaruhi bagaimana individu dapat menyesuaikan diri nya. 

Carl Roger (1961) menyebutkan 3 aspek yang memfasilitasi pertumbuhan personal dalam suatu hubungan :
1.      Keikhlasan kemampuan untuk menyadari perasaan sendiri, atau menyadari kenyataan.
2.      Menghormati keterpisahan dari orang lain tanpa kecuali, dan  
3.      Keinginan yang terus menerus untuk memahami atau berempati terhadap orang lain. 

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan personal :
1.            Faktor biologis
Karakteristik anggota tubuh yang berbeda setiap orang, kepribadian, atau warisan biologis yang sangat kental.
2.            Faktor geografis
Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kepribadian seseorangdan nantinya akan menentukan baik atau tidaknya pertumbuhan personal seseorang.
3.            Faktor budaya
Tidak di pungkiri kebudayaan juga berpengaruh penting dalam kepribadian seseorang, tetapi bukan berarti setiap orang dengan kebudayaan yang sama memiliki kepribadian yang sama juga.

Selain itu, ada satu hal yang tidak kalah penting berkaitan dengan penyesuaian diri dan pertumbuhan personal adalah komunikasi. Dengan kemampuan komunikasi yang baik maka penyesuaian diri dan pertumbuhan personal seseorang juga akan berjalan baik.


Daftar Pustaka      :
-          1. Semium, yustinus.2006.kesehatan mental 1.kanisius:Jakarta

-         2.  Christensen.j.paula.2009.proses keperawatan.buku kedokteran EGC : Jakarta

-        3.   Schuler, E. Definition and Conceptualization of Stress in Organizations, Thousand Oaks: Sage, 2002

-        4.  Fatimah, N. (2006). Psikologi perkembangan. Bandung : Pusaka Setia.

-         5.  Ali, M. & Asrori, M. (2005). Psikologi remaja perkembangan peserta didik. Jakarta : PT Bumi Aksar

Sabtu, 04 April 2015

Teori kepribadian sehat (pendapat fromm)

Pertemuan minggu ke-6

                 PENDAPAT FROMM

A. Pengertian Dasar Teori Fromm

Erich Fromm lahir di Frankfrut,Jerman,pada tahun 1900 dia belajar psikologi,filsafat dan sosiologi di Universitas Heidelberg,Frankfrut,dan Munich.Dia mempelajari karya dari ahli-ahli karya terkemuka dalam bidang ekonomi,sosial dan politik khususnya Karl Marx,Max Weber dan Herbet Spencer.Setelah mendapat gelar Ph.D pada tahun 1922,dia mengikuti pendidikan psikoanalitis dalam analisis Freud yang ortodoks di Munich dan Berlin.Semula dia berpikir bahwa dia sudah menemukan jawaban dari irasionalitas manusia dalam karya-karya Freud,tetapi hal ini tidak lagi memuaskannya.
Dalam tahun-tahun berikutnya,Fromm mengembangkan dan memperhalus teorinya sendiri tentang kepribadian dalam suatu seri buku-buku yang sangat populer.Sistemnya menggambarkan kepribadian sebagai yang ditentukan oleh kekuatan-kekuatan sosial yang mempengaruhi  individu dalam masa kanak-kanak dan juga oleh kekuatan-kekuatan historis yang telah mempengaruhi perkembangan spesies manusia.
Fromm menulis,”Kita adalah orang-orang yang harus menjadi sesuai dengan keperluan-keperluan masyarakat dimana kita hidup”.Karena kekuatan-kekuatan sosial dan kultural begitu penting,Fromm percaya bahwa perlu menganalisis struktur masyarakat (masa lampau dan sekarang) supaya memahami struktur anggota-anggota individu dalam masyarakat itu. Jadi,kodrat masyarakat adalah kunci untuk memahami dan mengubah kepribadian manusia. Sebagaimana halnya kebudayaan,maka akan demikian juga halnya individu.Apakah suatu kepribadian itu sehat atau tidak sehat tergantung pada kebudayaan yang membantu atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan manusia yang positif.


B. Kepribadian Yang Sehat Menurut Fromm

Fromm melihat kepribadian hanya sebagai suatu produk kebudayaan.Karena itu dia percaya bahwa kesehatan jiwa harus di definisikan menurut bagaimana baiknya masyarakat menyesuaikan diri dengan kebutuhan-kebutuhan dasar semua individu-individu menyesuaikan diri dengan masyarakat.Karena itu kesehatan psikologis tidak begitu banyak merupakan usaha individu jika di bandingkan dengan usaha masyarakat.Faktor kunci ialah bagaimana suatu masyarakat memuaskan secukupnya kebutuhan-kebutuhan manusia.
Suatu masyarakat yang tidak sehat atau sakit menciptakan permusuhan,kecurigaan,ketidakpercayaan dalam anggota-anggotanya,dan merintangi pertumbuhan penuh dari setiap individu.Suatu masyarakat yang sehat membiarkan anggota-anggotanya mengembangkan cinta satu sama lain,menjadi produktif dan kreatif,mempertajam dan memperhalus tenaga pikiran dan objektivitasnya dan mempermudah timbulnya individu-individu yang berfungsi sepenuhnya.
Fromm percaya bahwa kita semua memiliki suatu perjuangan yang melekat pada diri kita untuk kesehatan dan kesejahteraaan emosional,suatu kecenderungan bawaan untuk kehidupan yang produktif,untuk keharmonisan dan cinta.Dengan adanya kesempatan, kecenderungan yang diwariskan ini akan mekar, yang membiarkan kita berkembang untuk menggunakan sepenuh-penuhnya potensi kita.Tetapi apabila kekuatan-kekuatan sosial mencampuri kecenderungan kodrati untuk pertumbuhan, akibatnya ialah tingkah laku irasional dan neurotis, masyarakat-masyarakat yang sakit menghasilkan orang-orang yang sakit.
Menurut fromm,kita adalah makhluk yang unik dan kesepian .Sebagai akibat evolusi kita dari binatang-binatang yang lebih rendah,kita tidak lagi bersatu dengan alam,kita telah mengatasi alam.Tidak seperti tingkah laku binatang,tingkah laku kita tidak terikat pada mekanisme-mekanisme instinktif.Akan tetapi perbedaan yang sangat penting antara manusia dan binatang yang lebih rendah terletak pada kemampuan kita akan kesadaran diri,pikiran,daya khayal.Manusia mengetahui,kita mengetahui bahwa kita akhirnya tak berdaya,kita akan mati,dan kita terpisah dari binatang-binatang lain dan dari alam.
Jadi,pikiran dan daya khayal kita merupakan kutukan dan berkat.Pengetahuan dan kesadaran berarti memiliki kebebasan yang lebih besar daripada binatang-binatang yang lebih rendah,tetapi juga berarti alienasi (terasing) dari yang lain-lainnya dalam alam. Manusia ialah”tunawisma”,semakin kita memperoleh kebebasan berabad-abad lamanya,maka kita juga semakin mengembangkan perasaan tidak aman.
            Masalah dasar yang menantang kita semua adalah menemukan suatu pemecahan terhadap dikotomi-dikotomi dalam eksistensi kita dan menemukan bentuk-bentuk baru dan kesatuan dengan alam,dengan orang-orang lain,dan dengan diri kita.Seluruh eksistensi manusia ditentukan oleh pilihan yang tak terelakan antara”regresi dan progresi,antara kembali pada eksistensi binatang dan sampai pada eksistensi manusia”.
Kedua aspek individu,yakni aspek binatang dan aspek manusia,merupakan kondisi-kondisi dasar eksistensi manusia.”Pemahaman tentang psikhe manusia harus berdasarkan analisis tentang kebutuhan-kebutuhan manusia yang berasal dari kondisi-kondisi eksistensinya”.
Ada 5 kebutuhan spesifik yang berasal dari eksistensi manusia,yaitu:
1.  Hubungan
            Manusia menyadari hilangnya ikatan utama dengan alam  dan dengan satu sama lain.Kita mengetahui  bahwa kita masing-masing terpisah,sendirian dan tak berdaya.Sebagai akibatnya,kita harus mencari ikatan-ikatan baru dengan orang-orang lain,kita harus menemukan suatu perasaan hubungan dengan mereka untuk menggantikan ikatan-ikatan kita yang hilang dengan alam.
            Ada beberapa cara untuk menemukan hubungan.Diantaranya :

-Destruktif (tidak sehat)
Seseorang dapat berusaha untuk bersatu dengan dunia dengan bersikap tunduk kepada orang lain,kepada suatu kelompok,atau kepada sesuatu yang ideal,seperti Allah.Dengan menundukan diri,orang tidak lagi sendirian,tetapi menjadi milik dari seseorang atau sesuatu yang lebih besar daripada dirinya sendiri.Kemungkinan lain seseorang dapat berusaha untuk berhubungan dengan dunia dengan menguasainya,dengan memaksa orang-orang lain tunduk kepadanya.

-konstruktif (sehat)
Cara yang sehat untuk berhubungan dengan dunia ialah melalui cinta.cinta memuaskan kebutuhan akan keamanan dan juga menimbulkan suatu perasaan integritas dan individualisme. Fromm tidak mendefinisikan cinta semata-mata dalam pengertian erotis, definisinya meliputi cinta orangtua terhadap anak,cinta kepada diri sendiri,dan dalam pengertian yang lebih luas,solidaritas dengan semua orang dan mencintai mereka.

2.  Transendensi
            Dorongan transendensi adalah kebutuhan orang untuk mengatasi kodrat binatangnya,untuk menjadi oramg yang kreatif dan bukan hanya menjadi makhluk belaka.Apabila dorongan-dorongan kreatif terhambat,maka orang menjadi perusak.Fromm menunjukan bahwa cinta dan benci bukan dorongan yang berlawanan,kedua dorongan itu merupakan jawaban terhadap kebutuhan orang untuk mengatasi kodrat binatangnya.Binatang-binatang tidak dapat mencintai dan membenci,seperti manusia.

3.  Berakar
            Manusia mendambakan akar-akar alamiah,mereka ingin menjadi bagian integral dunia,merasakan bahwa mereka memilikinya. Ketika kanak-kanak, mereka berakar pada ibunya,tetapi apabila hubungan ini bertahap selewat masa kanak-kanak,maka ini dipandang sebagai suatu fiksasi yang tidak sehat.Seseorang menemukan akar-akar yang paling memuaskan dan paling sehat dalam rasa sekeluarga dengan pria dan wanita lain.Tetapi orang juga ingin memiliki suatu perasaan identitas pribadi,menjadi seorang individu yang unik.Apabila orang tidak bisa mencapai tujuan ini melalui usaha kreatifnya sendiri,ia bisa mendapatkan ciri tertentu dengan mengidentifikasikan diri dengan majikan,warga negara dengan negara,pekerja dengan perusahaan.Pada kasus semacam ini,perasaan identitas timbul dari memiliki seseorang dan bukan dari menjadi menjadi seseorang.

Perasaan  Identitas
            Manusia juga membutuhkan suatu perasaan identitas sebagai individu yang unik,suatu identitas yang menempatkannya terpisah dari orang-orang lain dalam hal perasaannya tentang dia,siapa,dan apa.
            Cara yang sehat untuk memuaskan kebutuhan ini ialah individualitas,proses dimana seseorang mencapai suatu perasaan tertentu tentang identitas diri.Sejauh mana kita masing-masing mengalami suatu perasaan yang unik tentang diri(selfhood)tergantung pada bagaimana kita berhasil memutuskan ikatan-ikatan sumbang dengan keluarga,suku,atau bangsa kita.Orang-orang dengan perasaan individualitas yang berkembang baik mengalami diri mereka seperti lebih mengontrol kehidupan mereka sendiri,dan kehidupan mereka tidak dibentuk oleh orang-orang lain.
            Cara yang tidak sehat dalam membentuk suatu perasaan identitas adalah menyesuaikan diri dengan sifat-sifat suatu bangsa,ras,agama,atau pekerjaan.Dengan cara ini,identitas ditentukan berdasarkan kualitas-kualitas suatu kelompok,bukan berdasarkan kualitas-kualitas diri.

5.   kerangka orientasi
            Suatu pencarian frame of refence atau konteks dengan mana seseorang menginterprestasikan semua gejala dunia.Setiap individu harus merumuskan suatu gambaran konsisten tentang dunia yang memberikan kesempatan untuk memahami semua peristiwa dan pengalaman.
            Dasar yang ideal untuk kerangka orientasi adalah pikiran,yakni sarana yang digunakan sesorang untuk mengembangkan suatu gambaran realistis dan objektif tentang dunia.Fromm sangat mementingkan persepsi objektif tentang kenyataan.Semakin objektif persepsi kita,semakin juga kita berhubungan dengan kenyataan.Jadi,semakin matang dan tangkas pula kita dalam menanggulangi dunia luar.Pikiran harus dikembangkan dan diterapkan dalam semua segi kehidupan.Jika,misalnya,seseorang dikuasai oleh mitos atau takhayul dalam satu segi kehidupan,maka penerapan pikiran pada segi-segi kehidupan lainnya akan terhambat.
            Suatu cara yang kurang ideal dalam membangun suatu kerangka orientasi adalah lewat irasionalitas.Hal ini menyangkut suatu pandangan subjektif tentang dunia,peristiwa-peristiwa dan pengalaman-pengalaman dilihat tidak menurut apa adanya,tetapi menurut apa yang diinginkan orang terhadapnya.Tentu saja,suatu kerangka subjektif juga memberikan suatu gambaran dunia.Meskipun kerangka subjektif mungkin merupakan khayalan tetapi tetap riil bagi individu yang mempertahankannya.Sayang orientasi semacam ini melepaskan orang dari kontak dengan kenyataan.



C. Ciri-ciri Kepribadian Yang Sehat

Fromm menyebut kepribadian yang sehat :
·         Cinta yang produktif,
·         pikiran yang produktif,
·         kebahagiaan, dan
·         suara hati.
Karena cinta yang produktif menyangkut empat sifat yang menantang perhatian, tanggung jawab, respek dan pengetahuan. Mencintai orang-orang lain berarti memperhatikan (dalam pengertian memelihara mereka), sungguh-sungguh memperhatikan kesejahteraan mereka, dan membantu pertumbuhan dan perkembangan mereka. Hal ini berarti memikul tanggung jawab untuk orang-orang lain, dalam pengertian mau mendengarkan kebutuhan-kebutuhan mereka juga orang-orang yang dicintai dipandang dengan respek dan menerima individualitas mereka, mereka dicintai menurut siapa dan apa adanya. Dan untuk menghormati mereka, kita harus memiliki pengetahuan penuh terhadap mereka, kita harus memahami mereka siapa dan apa secara objektif.
Pikiran yang produktif meliputi kecerdasan, pertimbangan, dan objektivitas. Pemikir produktif didorong oleh perhatian yang kuat terhadap objek pikiran. Pemikir yang produktif dipengaruhi olehnya dan memperhatikannya. Fromm percaya bahwa semua penemuan dan wawasan yang hebat melibatkan pikiran objektif, dimana pemikir-pemikir didorong oleh ketelitian, dan perhatian untuk menilai secara objektif seluruh masalah.
Kebahagiaan merupakan prestasi (kita) yang paling hebat. Fromm membedakan dua tipe suara hati otoriter dan suara hati humanistis. Suara hati otoriter adalah penguasa dari luar yang diinternalisasikan, yang memimpin tingkah laku orang itu. Penguasa itu dapat berupa orang tua, Negara, atau suara kelompok lainnya yang mengatur tingkah laku melalui ketakutan orang itu terhadap hukuman karena melanggar kode moral dari penguasa. Suara hati humanistis ialah suara dari diri dan bukan dari suatu perantara dari luar. Pedoman kepribadian sehat untuk tingkah laku bersifat internal dan individual. Orang bertingkah laku sesuai dengan apa yang cocok untuk berfungsi sepenuhnya dan menyingkap seluruh kepribadian, tingkah laku-tingkah laku yang menghasilkan rasa persetujuan dan kebahagiaan dari dalam. Jadi, kepribadian yang sehat dan produktif memimpin dan mengatur diri sendiri.


DAFTAR PUSTAKA  :
1. Schultz, Duane.1991.Psikologi Pertumbuhan.Yogyakarta: Penerbit Kanisius
2. Lindzey, gardner.1993.Teori – Teori Psikodinamik.Yogyakarta: Penerbit Kanisius